Beberapa jenis obat-obatan dapat memberikan efek samping pada gigi. Obat-obatan yang berpotensi menimbulkan perubahan pada gigi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
* Perubahan warna pada gigi (intrinsik dan ekstrinsik)
* Kerusakan fisik pada struktur gigi (email, dentin, dan sementum)
* Perubahan sensitivitas gigi
Berikut ini akan kami uraikan mengenai obat-obatan yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada gigi seperti yang telah disebutkan diatas.
A. Obat-obatan yang menimbulkan perubahan warna pada gigi
a) Obat-obatan yang menimbulkan perubahan warna ekstrinsik pada gigi
Perubahan warna ekstrinsik pada gigi terjadi setelah gigi mengalami erupsi ke dalam rongga mulut. Perubahan warna ini terjadi pada permukaan gigi dan dapat dihilangkan dengan cara menggosok gigi atau dengan dibersihkan oleh dokter gigi.
Dari bulan Januari 1991 sampai Juni 1995, 25 laporan kasus diterima oleh the Netherlands Pharmacovigilance Foundation (LAREB) mengenai perubahan warna gigi menjadi kuning hingga coklat setelah penggunaan peroral obat-obatan cair; dimana 84% adalah antibiotik (14 diantaranya adalah amoxicillin). Sejak tahun 1979, the Dutch Centre for Monitoring of Adverse Reactions to Drugs menerima 37 laporan kasus perubahan warna gigi yang berhubungan dengan obat-obatan terutama amoxicillin dan doxycycline atau minocycline. Pernah dilaporkan adanya perubahan warna superfisial pada gigi anterior rahang bawah seorang anak perempuan berusia 11 tahun dengan keadaan immunocompromised yang mengalami selulitis setelah mendapatkan linezolid selama 28 hari.
b) Obat-obatan yang menimbulkan perubahan warna intrinsik pada gigi
Perubahan warna intrinsik pada gigi bersifat permanen dan terjadi ketika obat tersebut diberikan saat gigi sedang dalam tahap odontogenesis. Perubahan warna ini terletak di dalam struktur gigi dan hanya dapat dihilangkan dengan melakukan pemutihan gigi.
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan warna intrinsik pada gigi.
Fluoride
Fluoride inorganik dapat menurunkan derajat kerusakan gigi baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Namun, berdasarkan kadar dan sumbernya, fluoride dapat menimbulkan efek samping pada jaringan tubuh.
Perubahan warna atau kerusakan pada struktur gigi dapat terjadi ketika asupan total harian ion fluoride yang berasal dari air, pasta gigi, obat tetes, dan tablet tinggi, ketika email gigi sedang dalam proses pembentukan dan pematangan sebelum erupsi. Efek samping yang paling sering terjadi akibat paparan secara berlebihan terhadap fluoride adalah fluorosis gigi, yaitu hipomineralisasi permanen pada email gigi, yang ditandai dengan bentuk teringannya adalah bintik-bintik putih, kecil, jarang terlihat, yang ditemukan terutama di ujung gigi dan pada permukaan fasial gigi permanen. Bentuk sedang-berat dari fluorosis gigi ditemukan pada sebagian besar permukaan gigi permanen dengan perubahan warna gigi menjadi putih opak hingga berwarna gelap dengan adanya pitted enamel.
Masa kritis paparan terhadap fluoride yang akan menimbulkan manifestasi terjadi selama tahap pematangan awal dari proses perkembangan gigi. Derajat keparahan fluorosis gigi tergantung pada besarnya dosis, dimana semakin besar kadar fluoride yang terpapar selama proses perkembangan gigi, semakin parah pula fluorosis yang terjadi. Asupan fluoride selama masa kritis proses perkembangan dan pematangan gigi, dari lahir hingga usia 8 tahun adalah sebesar 0,03-0,1 mg F/kg berat badan/hari.
Tetracycline
Tetracycline dapat menimbulkan perubahan warna pada email gigi dengan terikat secara ireversibel pada struktur gigi yang terkalsifikasi jika diberikan selama tahap kalsifikasi proses perkembangan gigi.
Paparan tetracycline pada wanita hamil trimester 2 atau 3 dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi anak yang dilahirkan. Gigi anak tersebut akan berwarna kuning terang selama proses perkembangan gigi, dan akan berubah menjadi abu-abu atau coklat seiring berjalannya waktu.
Karena sebagian besar proses mineralisasi gigi permanen baru selesai setelah anak berumur 8 tahun (kecuali gigi molar III), tetracycline tidak boleh digunakan pada anak < 8 tahun. Perubahan warna terjadi dengan frekuensi terbesar pada gigi yang sedang tumbuh ketika pemberian dosis total >3 g, atau pemberian >10 hari.
Tergantung dari jenis tetracycline yang digunakan, tipe dan keparahan perubahan warna dapat bervariasi. Tetracycline dan oxytetracycline menyebabkan perubahan warna menjadi kuning, dimana chlortetracycline menyebabkan perubahan warna menjadi coklat keabu-abuan. Dari semua tetracycline, oxytetracycline menimbulkan perubahan warna pada gigi paling minimal.
Minocycline
Minocycline dapat menimbulkan perubahan warna pada gigi. Namun tidak seperti tetracyline, minocycline telah dilaporkan dapat menimbulkan perubahan warna intrinsik secara menyeluruh pada gigi post erupsi.
Perubahan warna pada gigi permanen terjadi pada 3-6% pasien yang mengkonsumsi minocycline jangka panjang dengan dosis >100 mg/hari. Onset perubahan warna dapat terjadi kapan saja sejak dari bulan I hingga beberapa tahun setelah penggunaan pertama kali.
Berikut ini adalah perbedaan perubahan warna gigi antara yang disebabkan oleh tetracycline dibandingkan dengan minocycline.
Ciprofloxacin
Pemberian ciprofloxacin IV pada bayi dengan dosis 10-40 mg/kg/hari untuk mengobati infeksi Klebsiella berhubungan dengan perubahan warna gigi menjadi kehijau-hijauan saat gigi sedang erupsi, dimana perubahan warna tersebut tidak dapat dihilangkan.
B. Obat-obatan yang menimbulkan kerusakan secara fisik pada struktur gigi
a.Obat-obatan yang mengandung gula
Obat-obatan berbentuk cair yang mengandung gula berpotensi menimbulkan peningkatan insidens karies gigi.
b. Obat-obatan yang menyebabkan erosi gigi
Obat-obatan yang berpotensi menimbulkan penyakit refluks gastroesofageal (GERD) dapat mengakibatkan asam lambung mencapai rongga mulut dan kemudian meningkatkan risiko erosi gigi.
Aspirin dan beberapa obat kumur dapat juga menyebabkan erosi gigi. Bentuk bubuk dari obat Asma seperti beclomethasone, diproprionate, fluticasone, salmeterol, dan terbutaline sulfat, mempunyai pH <5,5 dan lebih asam dibandingkan dengan bentuk aerosolnya. Pasien asma yang mengkonsumsi obat-obatan diatas dalam bentuk bubuk juga memiliki risiko erosi gigi. Bagi orang-orang yang menggunakan obat-obatan ini dianjurkan untuk berkumur dengan air segera setelah penggunaan dan juga dianjurkan untuk menggosok gigi minimal 2 x/hari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
c. Obat-obatan yang menyebabkan penurunan sekresi air liur
Obat-obatan yang dapat menimbulkan penurunan sekresi air liur (mulut kering/xerostomia) dapat mengakibatkan kerusakan gigi. Fungsi proteksi air liur akan terganggu, dan akan meningkatkan kerawanan gigi terhadap penyakit karies gigi.
d. Obat-obatan yang digunakan untuk memutihkan gigi secara internal
Pemutihan gigi internal dapat digunakan untuk terapi estetik pada gigi non vital yang mengalami perubahan warna. Hidrogen peroksida (H2O2) dan sodium perborate (NaBO3) serta berbagai sumber panas telah digunakan untuk mempercepat reaksi dan meningkatkan efek pemutihan gigi. Efek samping yang dilaporkan setelah menjalani pemutihan gigi internal adalah cervical root resorption. Penggunaan prosedur pemutihan termokatalitik pada gigi dengan defek servikal sementum merupakan faktor risiko terjadinya cervical resorption. Pemutihan intrakoronal dengan H2O2 30% dapat menurunkan kepadatan mikro dari dentin dan email serta melemahkan sifat mekanik dentin.
e. Obat antikonvulsan
Paparan prenatal terhadap obat antikonvulsan berhubungan dengan peningkatan signifikan dimensi mahkota gigi mesiodistal dari gigi posterior rahang atas, terutama gigi molar susu dan gigi premolar permanen penggantinya, dan juga gigi molar permanen. Perubahan ukuran gigi lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Peningkatan frekuensi hipodontia merupakan satu-satunya kelainan gigi yang tampak secara klinis, namun pembentukkan akar gigi dapat juga terganggu.
f. Obat kemoterapi
Studi terhadap obat-obatan yang digunakan untuk penanganan kanker dan leukemia pada masa kanak-kanak telah memperlihatkan secara konsisten bahwa penegakkan diagnosis dan mulainya penanganan dengan obat-obatan kemoterapi pada anak-anak <5 tahun memperlihatkan adanya kelainan perkembangan gigi. Keparahan dari kelainan perkembangan dentofasial dan kelainan gigi sebagai akibat penggunaan obat kemoterapi berhubungan dengan usia anak, dosis, dan durasi terapi.
Kelainan gigi yang dapat terjadi adalah : agenesis gigi, berhentinya proses perkembangan gigi, mikrodontia, dan gangguan yang mempengaruhi email, dentin, dan sementum.
g. Obat golongan bisphosphonate
Bisphosphonate terkait osteonekrosis tulang rahang merupakan komplikasi oral yang serius dari penggunaan bisphosphonate, dengan gambaran klinis dapat menyerupai Abses gigi, nyeri gigi, denture sore spots, dan osteomielitis. Kelainan ini paling sering terjadi pada pasien yang mendapatkan bisphosphonate IV (asam zoledronic, pamidronate) untuk mengontrol hiperkalsemia pada penyakit metastase tulang. Namun ada beberapa laporan terjadinya kelainan ini pada penggunaan alendronate oral atau risedronate yang digunakan untuk penanganan osteoporosis. Prevalensi osteonekrosis tulang rahang diantara individu yang mendapatkan bisphosphonate IV adalah 0,8-12%.
C. Obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan sensitivitas gigi
Pemutihan gigi eksternal dilakukan dengan menggunakan H2O2 atau carbamide peroxide dan dapat digunakan di rumah atau pada saat operasi gigi. Gigi sensitif merupakan efek samping yang sering timbul pada proses pemutihan gigi eksternal.
Carbamide peroxide 10% menimbulkan peningkatan sensitivitas gigi pada 15-65% pasien. Insidens gigi sensitif yang lebih tinggi (67-78%) dilaporkan setelah in-surgery bleaching dengan menggunakan kombinasi H2O2 + panas. Normalnya, gigi sensitif bertahan hingga 4 hari setelah penghentian terapi pemutihan, namun telah dilaporkan durasi gigi sensitif yang bertahan hingga 39 hari.
sumber:Kalbe
http://indonesiaindonesia.com/f/40080-efek-samping-obat-gigi
* Perubahan warna pada gigi (intrinsik dan ekstrinsik)
* Kerusakan fisik pada struktur gigi (email, dentin, dan sementum)
* Perubahan sensitivitas gigi
Berikut ini akan kami uraikan mengenai obat-obatan yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada gigi seperti yang telah disebutkan diatas.
A. Obat-obatan yang menimbulkan perubahan warna pada gigi
a) Obat-obatan yang menimbulkan perubahan warna ekstrinsik pada gigi
Perubahan warna ekstrinsik pada gigi terjadi setelah gigi mengalami erupsi ke dalam rongga mulut. Perubahan warna ini terjadi pada permukaan gigi dan dapat dihilangkan dengan cara menggosok gigi atau dengan dibersihkan oleh dokter gigi.
Dari bulan Januari 1991 sampai Juni 1995, 25 laporan kasus diterima oleh the Netherlands Pharmacovigilance Foundation (LAREB) mengenai perubahan warna gigi menjadi kuning hingga coklat setelah penggunaan peroral obat-obatan cair; dimana 84% adalah antibiotik (14 diantaranya adalah amoxicillin). Sejak tahun 1979, the Dutch Centre for Monitoring of Adverse Reactions to Drugs menerima 37 laporan kasus perubahan warna gigi yang berhubungan dengan obat-obatan terutama amoxicillin dan doxycycline atau minocycline. Pernah dilaporkan adanya perubahan warna superfisial pada gigi anterior rahang bawah seorang anak perempuan berusia 11 tahun dengan keadaan immunocompromised yang mengalami selulitis setelah mendapatkan linezolid selama 28 hari.
b) Obat-obatan yang menimbulkan perubahan warna intrinsik pada gigi
Perubahan warna intrinsik pada gigi bersifat permanen dan terjadi ketika obat tersebut diberikan saat gigi sedang dalam tahap odontogenesis. Perubahan warna ini terletak di dalam struktur gigi dan hanya dapat dihilangkan dengan melakukan pemutihan gigi.
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan warna intrinsik pada gigi.
Fluoride
Fluoride inorganik dapat menurunkan derajat kerusakan gigi baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Namun, berdasarkan kadar dan sumbernya, fluoride dapat menimbulkan efek samping pada jaringan tubuh.
Perubahan warna atau kerusakan pada struktur gigi dapat terjadi ketika asupan total harian ion fluoride yang berasal dari air, pasta gigi, obat tetes, dan tablet tinggi, ketika email gigi sedang dalam proses pembentukan dan pematangan sebelum erupsi. Efek samping yang paling sering terjadi akibat paparan secara berlebihan terhadap fluoride adalah fluorosis gigi, yaitu hipomineralisasi permanen pada email gigi, yang ditandai dengan bentuk teringannya adalah bintik-bintik putih, kecil, jarang terlihat, yang ditemukan terutama di ujung gigi dan pada permukaan fasial gigi permanen. Bentuk sedang-berat dari fluorosis gigi ditemukan pada sebagian besar permukaan gigi permanen dengan perubahan warna gigi menjadi putih opak hingga berwarna gelap dengan adanya pitted enamel.
Masa kritis paparan terhadap fluoride yang akan menimbulkan manifestasi terjadi selama tahap pematangan awal dari proses perkembangan gigi. Derajat keparahan fluorosis gigi tergantung pada besarnya dosis, dimana semakin besar kadar fluoride yang terpapar selama proses perkembangan gigi, semakin parah pula fluorosis yang terjadi. Asupan fluoride selama masa kritis proses perkembangan dan pematangan gigi, dari lahir hingga usia 8 tahun adalah sebesar 0,03-0,1 mg F/kg berat badan/hari.
Tetracycline
Tetracycline dapat menimbulkan perubahan warna pada email gigi dengan terikat secara ireversibel pada struktur gigi yang terkalsifikasi jika diberikan selama tahap kalsifikasi proses perkembangan gigi.
Paparan tetracycline pada wanita hamil trimester 2 atau 3 dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi anak yang dilahirkan. Gigi anak tersebut akan berwarna kuning terang selama proses perkembangan gigi, dan akan berubah menjadi abu-abu atau coklat seiring berjalannya waktu.
Karena sebagian besar proses mineralisasi gigi permanen baru selesai setelah anak berumur 8 tahun (kecuali gigi molar III), tetracycline tidak boleh digunakan pada anak < 8 tahun. Perubahan warna terjadi dengan frekuensi terbesar pada gigi yang sedang tumbuh ketika pemberian dosis total >3 g, atau pemberian >10 hari.
Tergantung dari jenis tetracycline yang digunakan, tipe dan keparahan perubahan warna dapat bervariasi. Tetracycline dan oxytetracycline menyebabkan perubahan warna menjadi kuning, dimana chlortetracycline menyebabkan perubahan warna menjadi coklat keabu-abuan. Dari semua tetracycline, oxytetracycline menimbulkan perubahan warna pada gigi paling minimal.
Minocycline
Minocycline dapat menimbulkan perubahan warna pada gigi. Namun tidak seperti tetracyline, minocycline telah dilaporkan dapat menimbulkan perubahan warna intrinsik secara menyeluruh pada gigi post erupsi.
Perubahan warna pada gigi permanen terjadi pada 3-6% pasien yang mengkonsumsi minocycline jangka panjang dengan dosis >100 mg/hari. Onset perubahan warna dapat terjadi kapan saja sejak dari bulan I hingga beberapa tahun setelah penggunaan pertama kali.
Berikut ini adalah perbedaan perubahan warna gigi antara yang disebabkan oleh tetracycline dibandingkan dengan minocycline.
Ciprofloxacin
Pemberian ciprofloxacin IV pada bayi dengan dosis 10-40 mg/kg/hari untuk mengobati infeksi Klebsiella berhubungan dengan perubahan warna gigi menjadi kehijau-hijauan saat gigi sedang erupsi, dimana perubahan warna tersebut tidak dapat dihilangkan.
B. Obat-obatan yang menimbulkan kerusakan secara fisik pada struktur gigi
a.Obat-obatan yang mengandung gula
Obat-obatan berbentuk cair yang mengandung gula berpotensi menimbulkan peningkatan insidens karies gigi.
b. Obat-obatan yang menyebabkan erosi gigi
Obat-obatan yang berpotensi menimbulkan penyakit refluks gastroesofageal (GERD) dapat mengakibatkan asam lambung mencapai rongga mulut dan kemudian meningkatkan risiko erosi gigi.
Aspirin dan beberapa obat kumur dapat juga menyebabkan erosi gigi. Bentuk bubuk dari obat Asma seperti beclomethasone, diproprionate, fluticasone, salmeterol, dan terbutaline sulfat, mempunyai pH <5,5 dan lebih asam dibandingkan dengan bentuk aerosolnya. Pasien asma yang mengkonsumsi obat-obatan diatas dalam bentuk bubuk juga memiliki risiko erosi gigi. Bagi orang-orang yang menggunakan obat-obatan ini dianjurkan untuk berkumur dengan air segera setelah penggunaan dan juga dianjurkan untuk menggosok gigi minimal 2 x/hari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
c. Obat-obatan yang menyebabkan penurunan sekresi air liur
Obat-obatan yang dapat menimbulkan penurunan sekresi air liur (mulut kering/xerostomia) dapat mengakibatkan kerusakan gigi. Fungsi proteksi air liur akan terganggu, dan akan meningkatkan kerawanan gigi terhadap penyakit karies gigi.
d. Obat-obatan yang digunakan untuk memutihkan gigi secara internal
Pemutihan gigi internal dapat digunakan untuk terapi estetik pada gigi non vital yang mengalami perubahan warna. Hidrogen peroksida (H2O2) dan sodium perborate (NaBO3) serta berbagai sumber panas telah digunakan untuk mempercepat reaksi dan meningkatkan efek pemutihan gigi. Efek samping yang dilaporkan setelah menjalani pemutihan gigi internal adalah cervical root resorption. Penggunaan prosedur pemutihan termokatalitik pada gigi dengan defek servikal sementum merupakan faktor risiko terjadinya cervical resorption. Pemutihan intrakoronal dengan H2O2 30% dapat menurunkan kepadatan mikro dari dentin dan email serta melemahkan sifat mekanik dentin.
e. Obat antikonvulsan
Paparan prenatal terhadap obat antikonvulsan berhubungan dengan peningkatan signifikan dimensi mahkota gigi mesiodistal dari gigi posterior rahang atas, terutama gigi molar susu dan gigi premolar permanen penggantinya, dan juga gigi molar permanen. Perubahan ukuran gigi lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Peningkatan frekuensi hipodontia merupakan satu-satunya kelainan gigi yang tampak secara klinis, namun pembentukkan akar gigi dapat juga terganggu.
f. Obat kemoterapi
Studi terhadap obat-obatan yang digunakan untuk penanganan kanker dan leukemia pada masa kanak-kanak telah memperlihatkan secara konsisten bahwa penegakkan diagnosis dan mulainya penanganan dengan obat-obatan kemoterapi pada anak-anak <5 tahun memperlihatkan adanya kelainan perkembangan gigi. Keparahan dari kelainan perkembangan dentofasial dan kelainan gigi sebagai akibat penggunaan obat kemoterapi berhubungan dengan usia anak, dosis, dan durasi terapi.
Kelainan gigi yang dapat terjadi adalah : agenesis gigi, berhentinya proses perkembangan gigi, mikrodontia, dan gangguan yang mempengaruhi email, dentin, dan sementum.
g. Obat golongan bisphosphonate
Bisphosphonate terkait osteonekrosis tulang rahang merupakan komplikasi oral yang serius dari penggunaan bisphosphonate, dengan gambaran klinis dapat menyerupai Abses gigi, nyeri gigi, denture sore spots, dan osteomielitis. Kelainan ini paling sering terjadi pada pasien yang mendapatkan bisphosphonate IV (asam zoledronic, pamidronate) untuk mengontrol hiperkalsemia pada penyakit metastase tulang. Namun ada beberapa laporan terjadinya kelainan ini pada penggunaan alendronate oral atau risedronate yang digunakan untuk penanganan osteoporosis. Prevalensi osteonekrosis tulang rahang diantara individu yang mendapatkan bisphosphonate IV adalah 0,8-12%.
C. Obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan sensitivitas gigi
Pemutihan gigi eksternal dilakukan dengan menggunakan H2O2 atau carbamide peroxide dan dapat digunakan di rumah atau pada saat operasi gigi. Gigi sensitif merupakan efek samping yang sering timbul pada proses pemutihan gigi eksternal.
Carbamide peroxide 10% menimbulkan peningkatan sensitivitas gigi pada 15-65% pasien. Insidens gigi sensitif yang lebih tinggi (67-78%) dilaporkan setelah in-surgery bleaching dengan menggunakan kombinasi H2O2 + panas. Normalnya, gigi sensitif bertahan hingga 4 hari setelah penghentian terapi pemutihan, namun telah dilaporkan durasi gigi sensitif yang bertahan hingga 39 hari.
sumber:Kalbe
http://indonesiaindonesia.com/f/40080-efek-samping-obat-gigi
Judul:
Efek Samping Obat-Obatan Terhadap Gigi
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh TEGUH T.A
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh TEGUH T.A
0 comments :
Post a Comment