Ada beragam gangguan pencernaan yang perlu kita ketahui supaya kita lebih waspada dan bisa melakukan usaha-usaha pencegahan. Salah satu gangguan pada pencernaan yang cukup berbahaya jika dibiarkan berlanjut adalah muntaber. Muntaber merupakan gangguan pencernaan yang menyebabkan seseorang mengalami muntah dan berak secara bersamaan atau terpisah. Jika gangguan pencernaan yang satu ini tidak segera diatasi maka bisa dengan cepat membawa seseorang pada kondisi yang membahayakan jiwanya.
Apa Penyebabnya?
Muntaber bisa disebabkan oleh kuman, bakteri, atau virus. Muntaber juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi saluran nafas atau radang tenggorokan, infeksi saluran kemih (kencing) dan penyakit tifus. Akan tetapi, yang paling sering menyebabkan muntaber adalah bakteri Eschericia coli (E.coli) yang menyerang usus. Biasanya muntaber terjadi karena seseorang mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar dengan bakteri E.coli dan saat itu daya tahan tubuhnya sedang turun (tidak fit).
Bagaimana Gejalanya?
Bakteri yang masuk ke dalam saluran cerna lewat makanan yang telah tercemar akan menimbulkan radang pada saluran cerna sehingga muncul gejala seperti sakit perut, kembung, mual dan muntah-muntah. Muntaber juga dapat disertai dengan gejala demam tinggi (mencapai 38°C atau lebih), kepala pusing, tidak nafsu makan, lemas, dan elastisitas kulit menurun. Beberapa anak bahkan mengalami halusinasi jika sudah mencapai taraf kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh.
Mengapa Kita Perlu Mewaspadai Muntaber?
Bahaya utama dari penyakit muntaber adalah kehilangan cairan yang terlalu cepat, terutama pada anak-anak. Kehilangan cairan yeng berlebihan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) dan bisa berakibat fatal jika tidak segera diatasi. Muntaber ini jauh lebih berbahaya dibanding jika seseorang hanya menderita diare (mencret) saja atau muntah saja. Apalagi jika muntah dan berak yang dialami lebih dari empat kali dalam sehari dan disertai dengan demam tinggi. Jika tidak segera ditangani, penderita muntaber dapat mengalami syok bahkan kematian.
Bagaimana Mengenali Tanda Dehidrasi?
Ada 3 jenis dehidrasi yang perlu kita ketahui supaya kita tahu sampai sejauh mana tingkat keparahan akibat kekurangan cairan dan supaya cepat mendapat penanganan. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut ini :
1. Tidak dehidrasi : keadaan umum baik (masih bisa beraktifitas biasa), rasa hausnya masih normal, air kencing normal, ada air mata, mata tidak cekung, mulut/lidah basah, nafas normal, jika kulit dicubit akan kembali dengan cepat, denyut nadi normal, ubun-ubun normal/tidak cekung (pada anak).
2. Dehidrasi tidak berat : tampak sakit, mengantuk, lesu, gelisah, rasa hausnya berlebih, air kencing sedikit gelap (keruh), air mata kurang, mata cekung, mulut/lidah kering, nafas agak cepat, jika kulit dicubit akan kembali dengan lambat, denyut nadi agak cepat, ubun-ubun cekung (pada anak).
3. Dehidrasi berat : sangat mengantuk, tidak sadar, lemah, tidak dapat minum, tidak ada air kencing dalam waktu 6 jam, air mata tidak keluar, mata kering dan sangat cekung, mulut/lidah sangat kering, nafas cepat dan dalam, jika kulit dicubit akan kembali dengan sangat lambat (lebih dari dua detik), denyut nadi sangat cepat, lemah, dan tidak teraba, ubun-ubun sangat cekung (pada anak).
Bagaimana Cara Mengatasi Dehidrasi?
Usaha pertama untuk menolong penderita adalah dengan memberinya sebanyak mungkin cairan, sebelum dibawa berobat ke dokter atau Rumah Sakit. Selama penderita masih sadar dan dapat minum, berikanlah cairan melalui mulutnya. Selain air, perlu pula dikembalikan garam-garam mineral yang ikut hilang. Untuk itu, penderita sebaiknya juga diberi larutan oralit. Disamping pemberian oralit, makanan dan minuman lain (cairan rumah tangga) harus tetap diberikan. Jika yang terkena muntaber adalah bayi yang masih menyusu ibunya maka ASI (Air Susu Ibu) terus diberikan. Segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat jika sudah muncul tanda-tanda dehidrasi.
Bagaimana Cara Memberikan Oralit?
1. Pilihlah oralit yang sudah dikemas dalam bungkus (sachet) yang dijual di apotik atau toko obat karena selain praktis, komposisinya sudah tepat dibanding jika Anda membuat sendiri larutan air garam dicampur gula.
2. Baca aturan pakai dan ikuti instruksi yang tertulis dalam kemasan supaya tidak terjadi kesalahan dalam mencampur serbuk oralit dengan air sehingga jumlahnya berlebihan atau justru kurang.
3. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan jika Anda ragu-ragu dalam memberikan oralit.
4. Oralit diberikan sedikit-sedikit tapi sering supaya tidak semakin merangsang terjadinya muntah.
5. Jika Anda hendak memberikan oralit pada anak-anak sebaiknya menggunakan sendok dan jangan dengan botol.
6. Jika terjadi muntah saat pemberian oralit, tunggu dulu 10 menit kemudian lanjutkan pemberian oralit perlahan-lahan.
Bagaimana Cara Mencegah Muntaber?
Ada banyak cara untuk mencegah muntaber, antara lain:
1. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup
2. Penggunaan air bersih untuk minum
3. Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum makan
4. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya
5. Menjaga kebersihan jamban keluarga
6. Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapur
7. Menjaga kebersihan peralatan makan
8. Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak
9. Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber supaya tidak menular pada yang lain
10. Jika Anda mempunyai bayi maka berikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari penggunaan susu botol.
Penutup
Muntaber merupakan salah satu penyakit yang perlu kita waspadai karena disamping bisa menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) dengan cepat juga bisa sampai menimbulkan syok dan bahkan kematian jika tidak segera diatasi. Bersikaplah tenang ketika ada anggota keluarga yang mengalami muntaber. Tetap berpikir rasional dan serahkan semuanya pada Allah. Lakukan pertolongan pertama dengan memberikan oralit sebelum dibawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Upaya-upaya pencegahan sudah seyogyanya kita upayakan supaya keluarga kita terhindar dari bahaya muntaber dan yang tidak kalah penting, usahakan selalu ada persediaan oralit di kotak obat Anda.
Penulis: dr. Avie Andriyani (dimuat di majalah As Sunnah edisi 08/XII/1429H/2008M)
Sumber :
1. Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, Standar Pelayanan Medis, Medika, FK UGM Yogyakarta
2. dr. Karel, SpA, Menjadi Dokter Anak di Rumah, Penerbit Puspa Sehat
Apa Penyebabnya?
Muntaber bisa disebabkan oleh kuman, bakteri, atau virus. Muntaber juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi saluran nafas atau radang tenggorokan, infeksi saluran kemih (kencing) dan penyakit tifus. Akan tetapi, yang paling sering menyebabkan muntaber adalah bakteri Eschericia coli (E.coli) yang menyerang usus. Biasanya muntaber terjadi karena seseorang mengkonsumsi makanan yang sudah tercemar dengan bakteri E.coli dan saat itu daya tahan tubuhnya sedang turun (tidak fit).
Bagaimana Gejalanya?
Bakteri yang masuk ke dalam saluran cerna lewat makanan yang telah tercemar akan menimbulkan radang pada saluran cerna sehingga muncul gejala seperti sakit perut, kembung, mual dan muntah-muntah. Muntaber juga dapat disertai dengan gejala demam tinggi (mencapai 38°C atau lebih), kepala pusing, tidak nafsu makan, lemas, dan elastisitas kulit menurun. Beberapa anak bahkan mengalami halusinasi jika sudah mencapai taraf kekurangan cairan elektrolit dalam tubuh.
Mengapa Kita Perlu Mewaspadai Muntaber?
Bahaya utama dari penyakit muntaber adalah kehilangan cairan yang terlalu cepat, terutama pada anak-anak. Kehilangan cairan yeng berlebihan dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) dan bisa berakibat fatal jika tidak segera diatasi. Muntaber ini jauh lebih berbahaya dibanding jika seseorang hanya menderita diare (mencret) saja atau muntah saja. Apalagi jika muntah dan berak yang dialami lebih dari empat kali dalam sehari dan disertai dengan demam tinggi. Jika tidak segera ditangani, penderita muntaber dapat mengalami syok bahkan kematian.
Bagaimana Mengenali Tanda Dehidrasi?
Ada 3 jenis dehidrasi yang perlu kita ketahui supaya kita tahu sampai sejauh mana tingkat keparahan akibat kekurangan cairan dan supaya cepat mendapat penanganan. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut ini :
1. Tidak dehidrasi : keadaan umum baik (masih bisa beraktifitas biasa), rasa hausnya masih normal, air kencing normal, ada air mata, mata tidak cekung, mulut/lidah basah, nafas normal, jika kulit dicubit akan kembali dengan cepat, denyut nadi normal, ubun-ubun normal/tidak cekung (pada anak).
2. Dehidrasi tidak berat : tampak sakit, mengantuk, lesu, gelisah, rasa hausnya berlebih, air kencing sedikit gelap (keruh), air mata kurang, mata cekung, mulut/lidah kering, nafas agak cepat, jika kulit dicubit akan kembali dengan lambat, denyut nadi agak cepat, ubun-ubun cekung (pada anak).
3. Dehidrasi berat : sangat mengantuk, tidak sadar, lemah, tidak dapat minum, tidak ada air kencing dalam waktu 6 jam, air mata tidak keluar, mata kering dan sangat cekung, mulut/lidah sangat kering, nafas cepat dan dalam, jika kulit dicubit akan kembali dengan sangat lambat (lebih dari dua detik), denyut nadi sangat cepat, lemah, dan tidak teraba, ubun-ubun sangat cekung (pada anak).
Bagaimana Cara Mengatasi Dehidrasi?
Usaha pertama untuk menolong penderita adalah dengan memberinya sebanyak mungkin cairan, sebelum dibawa berobat ke dokter atau Rumah Sakit. Selama penderita masih sadar dan dapat minum, berikanlah cairan melalui mulutnya. Selain air, perlu pula dikembalikan garam-garam mineral yang ikut hilang. Untuk itu, penderita sebaiknya juga diberi larutan oralit. Disamping pemberian oralit, makanan dan minuman lain (cairan rumah tangga) harus tetap diberikan. Jika yang terkena muntaber adalah bayi yang masih menyusu ibunya maka ASI (Air Susu Ibu) terus diberikan. Segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat jika sudah muncul tanda-tanda dehidrasi.
Bagaimana Cara Memberikan Oralit?
1. Pilihlah oralit yang sudah dikemas dalam bungkus (sachet) yang dijual di apotik atau toko obat karena selain praktis, komposisinya sudah tepat dibanding jika Anda membuat sendiri larutan air garam dicampur gula.
2. Baca aturan pakai dan ikuti instruksi yang tertulis dalam kemasan supaya tidak terjadi kesalahan dalam mencampur serbuk oralit dengan air sehingga jumlahnya berlebihan atau justru kurang.
3. Konsultasikan dengan tenaga kesehatan jika Anda ragu-ragu dalam memberikan oralit.
4. Oralit diberikan sedikit-sedikit tapi sering supaya tidak semakin merangsang terjadinya muntah.
5. Jika Anda hendak memberikan oralit pada anak-anak sebaiknya menggunakan sendok dan jangan dengan botol.
6. Jika terjadi muntah saat pemberian oralit, tunggu dulu 10 menit kemudian lanjutkan pemberian oralit perlahan-lahan.
Bagaimana Cara Mencegah Muntaber?
Ada banyak cara untuk mencegah muntaber, antara lain:
1. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan dalam jumlah yang cukup
2. Penggunaan air bersih untuk minum
3. Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum makan
4. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya
5. Menjaga kebersihan jamban keluarga
6. Menjaga kebersihan rumah, terutama kamar mandi, WC dan dapur
7. Menjaga kebersihan peralatan makan
8. Mencuci sayuran, buah, dan bahan makanan sebelum dimasak
9. Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber supaya tidak menular pada yang lain
10. Jika Anda mempunyai bayi maka berikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan dan melanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan serta sebisa mungkin menghindari penggunaan susu botol.
Penutup
Muntaber merupakan salah satu penyakit yang perlu kita waspadai karena disamping bisa menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan) dengan cepat juga bisa sampai menimbulkan syok dan bahkan kematian jika tidak segera diatasi. Bersikaplah tenang ketika ada anggota keluarga yang mengalami muntaber. Tetap berpikir rasional dan serahkan semuanya pada Allah. Lakukan pertolongan pertama dengan memberikan oralit sebelum dibawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Upaya-upaya pencegahan sudah seyogyanya kita upayakan supaya keluarga kita terhindar dari bahaya muntaber dan yang tidak kalah penting, usahakan selalu ada persediaan oralit di kotak obat Anda.
Penulis: dr. Avie Andriyani (dimuat di majalah As Sunnah edisi 08/XII/1429H/2008M)
Sumber :
1. Komite Medik RSUP Dr. Sardjito, Standar Pelayanan Medis, Medika, FK UGM Yogyakarta
2. dr. Karel, SpA, Menjadi Dokter Anak di Rumah, Penerbit Puspa Sehat
Judul:
Gejala Muntaber Dan Pencegahannya
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh TEGUH T.A
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh TEGUH T.A
0 comments :
Post a Comment